Kamu Mau Resign Untuk jadi Entrepreneur?

Kamu Mau Resign Untuk jadi Entrepreneur?

Growther.id

Ketika lulus dari SMA, seingat saya tidak ada satu pun teman yang berencana untuk memulai bisnis sendiri. Kedokteran, hukum, keuangan, komunikasi, menjadi jurusan kuliah yang dipilih agar nanti mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakan. Setelah lulus kuliah pun tidak sedikit yang mendapatkan pekerjaan dengan fokus yang berbeda dengan jurusan yang dipilih ketika kuliah.

Saya mendapatkan pekerjaan pertama di perusahaan multinasional bidang perbankan dan belajar tentang bagaimana menggunakan seni komunikasi untuk melakukan penjualan. Dan dengan role di pekerjaan yang terakhir saya diajarkan untuk menciptakan ide produk (service) dan campaign program lengkap dengan business plan, channel management, marketing funnel, sampai partnership activity. Saya sangat menyukai apa yang saya lakukan.

Sampai akhirnya di satu titik saya merasa bosan untuk melakukannya di industri yang secara market penetration dan awareness-nya kurang appealing menurut saya pribadi, walaupun dengan melakukan kolaborasi cross-functional team pun ternyata masih belum bisa memberikan impactful result. Menjadi produktif di industri yang kurang sexy membuat performance kita menjadi bias, dan bunyinya tidak sekencang yang diharapkan.

Saat ini saya tetap melakukan pekerjaan yang saya suka di industri yang berbeda, bekerja untuk diri sendiri dengan menjadi seorang entrepreneur. Saya cukup beruntung bisa bertemu dengan founder-founder lain dari berbagai industri, melakukan beberapa kolaborasi untuk membantu mereka meluncurkan dan mengembangkan bisnis, termasuk menemukan business partner yang memiliki appetite yang sama.

Sebagai pendiri yang bekerja bersama banyak pendiri lain, saya telah melihat secara langsung hal apa yang mengarah pada kesuksesan, dan kesalahan-kesalahan yang menjadi pelajaran. Berikut adalah beberapa prinsip yang telah saya pelajari selama ini, yang harus dipertimbangkan oleh calon entrepreneur sebelum kamu mengirimkan email blast “I’m quit!” yang selama ini kamu bayangkan:

1. Temukan issue yang ingin kamu selesaikan.

Memulai bisnis itu tidak mudah, apalagi membuat bisnis kamu grow. Tapi pondasi terkuat adalah “chemistry” dengan apa yang akan kamu lakukan. Bisa jadi kamu punya pengalaman bekerja di suatu industri dan memahami kekurangannya secara langsung, mungkin kamu termasuk segmen konsumen yang tidak terlayani dengan baik oleh suatu brand. Apapun ide kamu, kamu akan merasa tidak tenang kalau tidak memulai ide bisnis ini secepat mungkin. Ide yang akan membuat kamu ingin memudahkan kesulitan yang dialami orang lain karena kamu tahu cara menyelesaikan issue tersebut.

2. Pertimbangkan peran yang harus dilakukan sebagai founder.

Saat ini market cukup peduli tentang siapa di belakang perusahaan tempat mereka membeli. Mereka cenderung untuk mendukung brand yang dibangun oleh seseorang dengan cerita yang dibuat menarik oleh PR agency-nya. Khususnya di media sosial, begitu banyak brand mendapatkan daya tarik dengan menempatkan profile manusia atas nama bisnis. Ini tidak berarti kamu harus siap menjadi persona publik yang mengungkapkan setiap aspek kehidupan pribadi kamu. Namun, kesediaan kamu untuk berkomunikasi langsung dengan market dalam bentuk apa pun akan sangat membantu dalam membangun engagement. Hal ini akan memberi alasan untuk tidak hanya menyukai produk kamu, tetapi untuk mendukung kesuksesan bisnis kamu.

3. Find your partner.

Sedekat apapun hubungan kamu dengan team, kamu tidak akan pernah bisa jujur ​​ketika kamu khawatir dengan keadaan bisnis kamu, atau berbagi beban tanggung jawab saat keadaan menjadi sulit. Dengan memiliki partner kamu bisa menyatukan skillset yang akan saling melengkapi, dan menghasilkan progress yang terjadi melalui debat yang sehat. Sebaliknya, dengan flying solo sebagai bos dari semua orang akan menyulitkan untuk menciptakan persahabatan yang tulus, tentunya kamu tidak bisa curhat ke team kamu tentang leadership kamu. In case kamu benar-benar sendiri, lakukan semua yang kamu bisa untuk berada diantara senior, mentor, dan entrepreneur lainnya.

4. Apakah bisnis kamu memberikan added value bagi kehidupan orang lain?

Suatu bisnis bisa menjadi sangat kompetitif dalam satu bulan, kamu bisa melihat brand-brand lain dengan konsep bisnis yang sama bermunculan. Sebelumnya kamu mungkin merasa memiliki ide yang benar-benar orisinil, tetapi faktor kesamaan budaya yang mengarahkan kamu pada satu ide bisnis ternyata bisa memberikan ide yang sama pada orang lain. Ketika hal ini terjadi apakah kamu akan menyerah? Ini bukan tentang siapa yang pertama, ini tentang siapa yang melakukan yang terbaik, dan yang terbaik saat ini adalah bisnis yang memberikan value yang memenuhi kemauan market. Market saat ini memiliki lebih banyak kekuatan dan pilihan daripada sebelumnya. Bagaimana cara kamu membuat hidup mereka lebih mudah, lebih menyenangkan, lebih bermakna? Apakah kamu akan selalu ada untuk mereka? Saat menentukan value, coba mulai dari memikirkan kebutuhan orang-orang dimana kamu adalah salah satu dari mereka.

Dan apabila akhirnya kamu memutuskan menjadi entrepreneur kamu hanya perlu fokus berstrategi menciptakan ide dan konsep, kami yang akan bantu untuk pendirian dan pengembangan bisnis kamu saat ini juga disini.

“Your choices and decisions will determine your destiny.”FW

× Service Assistant